Idul Fitri Kami

on Friday, October 10, 2008


Suasana menjelang Idul Fitri 1429 H kemarin bagiku secara pribadi menjadi momentum transisi emosional. Lebaran 1 tahun yang lalu, keluarga besarku dapat berkumpul secara lengkap. Diawali dalam proses persiapannya, bapak dan ibu dibantu Abangku dan Kakakku sibuk mneyiapkan segala masakan, membersihkan rumah "kebesaran" kami (ya karena memang terlalu besar), menyiapkan segala hal untuk menyambut kedatangan Bagas & Banu yaitu generasi ketiga yang meneruskan sejarah keluarga kami. Sedangkan aku mendapatkan giliran, lebaran tahun lalu lebih dahulu berlebaran di hari pertama di rumah mertua di Jepara. Aku bisa merasakan hangatnya suasana keramaian di rumah Solo menyambut lebaran. Dan pada hari kedua lebaran, aku dan istriku pun datang ke Solo. Menikmati lebaran bersama orang-orang yang sangat kucintai..orang-orang besar yang telah memberikan banyak tauladan selama ini. Bersama Ibu..


Idul Fitri tahun ini...Aku, Nina, Atik (sepupuku dari Pekanbaru yang sedang kuliah di Semarang) juga Khalilla mudik ke Solo. Jelas berbeda, tahun lalu Khalilla, cucu perempuan pertama Ibu belum lahir. Aku masih teringat bahagianya Ibu ketika dulu aku beritahu bahwa anakku akan lahir perempuan. Ibu seakan-akan jelas terlihat menjadi lebih bersyukur atas apa yang Ibu nantikan selama ini.

2 Hari sebelum lebaran, Bapak mengajakku juga Bang Danang dan Imun menemaninya data mengunjungi beberapa sanak saudaranya di Yogya. Misi perjalanan kami adalah memberikan sedikit bantuan uang dan beberapa pakaian pantas pakai yang sudah Ibu kumpulkan dan Ibu bagi-bagi sendiri untuk beberapa keluarga Bapak yang ada di Yogya. Memang ada beberapa keluarga dari Bapak yang hidup memprihatinkan dan memerlukan bantuan. Hal itu selalu menjadi konsern ibu setiap tahun. Itulah salah satu sifat luhur Ibu yang selalu menjadi contoh bagi kami. Ibu memiliki welas asih yang tinggi. Semoga kamipun selalu dijaga untuk hal itu. Amin.

Setibanya di Yogya, di salah satu rumah keponakan Bapak, ketika Bapak menyampaikan maksud kedatangannya dan menyebutkan ini adalah amanah almarhum Ibu. Tanpa kami duga, Bapak sempat tidak melanjutkan kata-katanya. Aku kaget dan melihat ke wajah Bapak. Wajah lelaki tua itu, bergaris haru..pandangannya seketika kosong. Seakan meningalkan ruang tamu tu dan berlari sekencang-kencangnya ke suatu masa Bapak dan Ibu memulai sebuah kehidupan manusia yang di sebut keluarga. Suara Bapak tertahan.. ..ada hisakan tangis yang lirih..beberapa butir air matanya pun tak mampu terbendung..Lelaki tua berhati kaya itu yang hanya sekali menangis pada saat menyambut kepulangan Kak Tri dari Ambon mejelang pemakaman Ibu itupun menangis untuk kedua kalinya. Hanya sekian detik...namun sangat mempengaruhi suasana di ruangan itu. Semua keponakan bapak yang rata-rata usianya jauh di atas aku dan abang-abangku pun tak tahan menahan haru. Ada apa ini? pikirku. Jelas sekali kehilangan Ibu memang tak kan tergantikan..

Begitu juga dalam menyiapkan segala masakan untuk Idul Fitri. Di bawah koordinasi Kak Ririn maka mulai lah segenap perempuan yang ada di rumah Solo mulai bersibuk-sibuk memasak opor, gulai nangka, rendang dan sambal goreng hati. Para lelaki menyiapkan selongsong ketupat, membersihkan rumah juga sesekali menenangkan Banu atau Bagas ataupun Khalilla yang butuh "ruang gerak" untuk hak-haknya sebagai anak :) Hmm...capek tapi tetapi menyenangkan..Ibu, kami akan coba pertahankan tradisi menjamu keluarga yang datang dan tamu lainnya dengan masakan-masakan peninggalanmu.. :)

Esok harinya...kami sholat IED, sungkeman satu sama lain..dan ini lah yang menjadi agenda terbaru lebaran tahun ini..yaitu : Ziarah ke makam Ibu.
Khyusuk kami berdoa memohon ampunan Allah untuk Almarhumah Ibu. Semoga ditempatkan dalam keabadian Bahagia di Syurga..mohon kepada Allah agar kami yang ada seluruhnya diberikan semakin lebih baik dan bersyukur atas nikmat selama ini..Baru kali ini aku menangis di makam ibu..aku terbayang saat masa-masa kecilku...aku teringat beberapa nasehat Ibu..dan aku teringat saat terakhir dengan ibu...Aku sempat berbisik dalam doa.."Ibu, putriku Khalilla sekarang udah 9 bulan..sehat lucu..cerdas seperti Yangtinya..Aku bangga punya Ibu dan pasti akan selalu aku ceritakan kebesaran hati ibu kepada Khalilla..supaya diapun bangga dan berbudi seperti Ibu..Amien."

Taqoballahu minna waminkum
Minal 'Adin Wal Fadzin

Mohon Maaf Lahir & Batin

salam
@

1 comments:

duniablue said...

dan aku pun ikut terharu, gus...
minal aidin wal faidzin ya.. :D