Ibuku Pergi Untuk Selamanya...

on Sunday, December 16, 2007


22 November 2007
Jam 07.13 wib

Aku menerima SMS abangku (Danang).."Ntus, ibu td k rmh sakit diantar bpk pke taxi..kmarin udh diprksa kt dokter jantungnya kena.td pagi dadanya perih.."

Aku baru saja mandi pagi bersiap ke kantor seperti biasa. Aku langsung tlp abangku, dia menceritakan kejadian pagi itu. Aku sempat minta, ibu bed rest aja di RS, biar bisa dikontrol oleh dokter. Jujur aku lemes sekali..belum pernah aku dengar ibu kena jantung apalagi masuk ke RS. Aku segera masuk kamar mandi...dan menangis..membayangkan sakitnya ibu...dan sekali2 terlintas bayangan masa kecilku dengan ibu..nasehat2 ibu..keseharian ibu...dan kembali lagi yang menyentak "Ibu sekarang lagi sakit???? bagaimana kalau nanti ibu????jangan..jangan...Tuhan tolong hilangak perasaan takut ini...." Aku benar2 menangis...seakan aku ingin detik itu pula aku menemani ibu...biar sakit ibu aku yang rasa...".Walaupun aku menangis, aku tidak mau istriku tahu perasaanku waktu itu. Aku takut ia juga terbawa perasaan padahal kandungannya sudah masuk usia tua. Setelah pura2 membasuh wajah, aku keluar dari kamar mandi. Menceritakan kepada istriku, bahwa ibu sedang sakit dan dibawa di RS.


08.00 wib
Di kantor...perasaan ku masih saja terpikir tentang keadaan ibu..Aku telpon lagi abangku..katanya ibu dirawat di ruang Paviliun Cendana RS. Moewardi Solo. Aku tanya keadaannya...ibu sering merancau..dan ingin pulang...enggak nyaman katanya. Mendengar itu pun aku menahan tangis...aku bayangkan Bapakku yang dengan setia menemani Ibu dan abangku yang selalu menenangkan Ibu..(Ya Allah berilah kesehatan selalu pada Bapak).

Padahal hari itu, agenda di Semarang sanagt padat. Aku harus menyiapkan presentasi untuk hari jum'at besok ada meeting dengan konsultan FHI dari Combodia. Juga di hari yang sama ada pertemuan nasional di gracia. Aku fokus menyelesaikan data2ku dan draft presentasi, dan segera aku emailkan ke atasanku. Aku menargetkan jam 1 siang harus pulang ke Solo. Yang ada di pikiranku hanya.."bagaimana ibu??? ibu anakmu akan pulang...sabar ya bu...

Aku telpon abangku lagi, "Danang, aku siang ini pulang, tolong jagain ibu dulu ya. Bapak istirahat dulu jangan terlalu capek." pintaku ke abangku. Ia menjawab " Iya, tapi jangan buru2, santai aja di jalan apalagi kau nyetir sendiri.

12.00 wib
Selesai sudah data2 dan draft presentasi untuk Jum'at. Aku email ke CRku dan : sent!. Aku telpon dan SMS CRku bahwa aku aky harus ke Solo hari itu. Setelah itu, aku telpon Istriku (Nina).."dik pulang ke solo yuk?" ajakku dan Nina pun langsung menjawab OK! Aku segera jemput Nina di tempat kerjanya. Kami sempat mampir ke rumah untuk ambil persediaan baju seadanya, karena kami juga berpikir menginap 1 malam. Anehnya, kalau bepergian biasanya aku selalu membawa kamera digitalku. Tapi kali ini, perasaanku mengatakan "Enggak, aku gak mau bawa kamera!".

13.30 wib
Aku dan Nina segera meluncur dari Semarang ke Solo. Lumayan padat dan sempat pula arus jalan macet. Aku berusaha mengobrol biasa dengan Nina...kami saling mengobrol dan santai. Hanya saja pikiranku tetap ke Ibu.."Bu, anak bungsu ibu sebentar lagi sampai, sabar ya Bu, ibu pasti sembuh...sabar ya Bu.."

16.30 wib
Kami pun sampai di Solo dan langsung menuju ke RS Moewardi. Setelah menemukan ruangnya..aku langsung masuk kamar ibu dan aku dapati Bapak sendiri menemani ibu yang terus menyebut asma Allah..Di hidung ibu sudah terpasang selang oksigen dan di tangan kirinya sudah ada selang infus. Aku langsung mendekat dan mencium kening ibu..dan ibu tahu kedatangan kami. Aku dan nina mencium tangan bapak, lalu duduk di samping bangsal ibu. Aku berusaha tegar, tapi tiba2 aku tidak bisa menahan tangis dan menangis sambil mencium kaki ibu... Lalu aku berbicara dengan Bapak tantang kejadian pagi itu hingga perkembangan keadaan ibu. Bapak terlihat tenang tegar...tapi aku tahu bapak pun menahan kesedihan. Bapak tampak kelelahan, sewaktu aku menemani ibu dan memijat kakinya, aku sempat melihat bapak tertidur. Tidak selang beberapa lama..Abangku danang pun datang. Kami bertiga mengobrol..bahkan sesekali ibu ikut terlibat berbicara. Perasaan ku sudah berangsur tenang. Bahkan ketika Bulik Pin (adik ibu) datang, kami pun bisa bergurau juga ibu. Ibu sempat menyuruh kami menghabiskan makanan siang dari RS, katanya "ben menko dikiro aku sing mangan, kuwi ora gratis bayare larang" (biar dikira aku yang makan, itu gak gratis, bayarnya mahal koq). Lansung ditanggapi dengan guyon oleh bulik Pin dan kami pun tertawa.

Ibu memang terlihat sesak nafas, aku segera datangi ruang perawat untuk menyanyakan keadaan ibu. Ternyata diagnosa sementara dari dokter yang memeriksa ibu, ibu kena asma. Dan sudah dilakukan terapi menggunakan tabung oksigen.

Sekitar jam 17.00an, suster penjaga masuk untuk memeriksa keadaan ibu. Lalu dia menyarankan bagaimana ibu dipindah ke ruang intensif (CIU), dengan alasan tarapi pernafasan ibu tadi dirasa tidak berhasil, karena ibu masih kesulitan untuk bernafas. Ia menawarkan ibu untuk pindah. Semula kamu menyanggupi, bahkan ibu sendiri bertanya pada bapak "piye pak, aku pindah wae opo ora?" bapak bilang " Iya, pokoknya yang terbaik dari RS ini diupayakan untuk ibu". Tapi aku dan Danang coba check di ICU bagaimana ruangannya dan fasilitasnya. Kami check ternyata padat pasien. 1 ruang ukurang 4 kali 12 meter ada 4 pasien dan 1 bangsal kosong (mungkin untuk ibu). Sangat tidak nyaman dan sesak. Lalu kami bertanya pada petugas di sana, perlakukan apa yang membedakan jika ibu dirawat di ICU dibanding Cendana? Jawabnya hanya lebih intensif diperiksa oleh perawat, karena jaraknya lebih dekt dengan ruang perawat dan tamu atau pengunjung di batasi. Mendengar itu, kami berfikir bagaiamana kalau ibu tetap di Cendana (karena VIP) dan perlakuannya perawat akan intensif untuk check ibu dan tamu akan kami batasi dengan cara keluarga. Karena terus terang, kami takut ibu terganggu bila digabung dengan pasien lain atau bahkan mengganggu ketenangan pasien yang lain. Kami rasa ruang cendana cukup nyaman untuk ibu. Akhirnya suster pun setuju dan kami menandatangi kesepakatan membatalkan pemindahan ibu.

17.40 wib
Bapak bilang dia mau sholat magrib di musholla. "Aku jaga ibu ya Pak." Kataku ketika bapak akan sholat magrib. Di ruangan ada : aku, Nina, Bulik Pin dan Danang. Aku duduk tepat di sebelah ibu. Ibu memegang tanganku sambil berkata " Gus, doake ibu yo, aku pengen weruh anakmu." Mendengar permintaaan itu aku pun menjawab "Iya ibu, semuanya mendoakan ibu koq. Lagi pula ibu cuma sebentar di sini, besok udah sehat dan pulang ke rumah kan?" Ibu mengangguk tersenyum ke arahku, sambil memandang Nina yang sedang ngobrol dengan Bulik tidak jauh dari tempat tidur ibu.

Lalu Ibu sempat mengeluh " piye iki, turune ora penak, dadaku koq sesek yo? Jikok'e lengo cengkeh ning duwur lemari kuwi". Kata ibu sambil menunjuk-nunjuk kan tangannya ke arah yang sebenarnya tidak jelas. Kontan, intruksi ibu itu direspon bingung oleh kami semua. Karena tidak ada minyak cengkeh yang ibu maksud dan lemari yang mana? Kami semua sempat bingung. Kemudian aku merasa, ibu pasti tidak sadar apa yang ia ucapkan. dan ia pasti membayangkan sedangn berada di rumah kami. Lalu ibu berkata "Bapakmu endhi?" Jawabku "bapak lagi sholat di di mushola, sholat magrib.". Ibu langsung menyahut "pasti mengko suwi, soale nganggo ngobrol-ngbrol dhisik". Kami yang ada di ruang itu pun tersenyum.

Lalu ibu berkata lagi "dadaku sesek banget, turune ora penak. Danang ning endhi?" Saat itu memang abangku lagi sholat diruangan itu. Lalu ibu minta dioleskan minyak cengkeh lagi. Dia mendesak diambilkkan. Aku berkata pada ibu "ibu sekaarang kita sedang di rumah sakit, minyak cengkeh ada di rumah." Ibu memandangku dan berkata "ooh...iki ning rumah sakit tho?" Aku sempat tenang ibu sadar ia ada di mana, kemudian ia menanyakan abangku lagi. Saat itu bapak datang dan mendekati kami. Danang pun menghampiri, didekat ibu. Ibu menanyakan lagi minyak cengkeh. Lalu danang inisiatif mengambilkan minyak cengkeh itu di rumah tetapi kalau ada di apotik yang dekat pun dia akan beli saja dari pada pulang kerumah. Lalu Abangku itu pun keluar untuk memenuhi permintaan Ibu yang sangat dicintai Suami dan anak-anaknya itu.


18.00 wib
Ibu mengeluh sesak nafas lagi, dan minta posisinya tidurnya dibuat nyaman. Aku panggilkan suster untuk membantu kami, sekalian memperbaiki selang oksigen dihidung ibu yang lepas. Suster pun datang, aku, bapak, Nina dan Bulik Pin membantu memindahkan posisi badan ibu dan mengatur posisi tempat tidur. Tiba-tiba, kaki ibu terasa dingin sekali. Ya, dingin. Lalu aku pindah ke posisi kepala ibu dengan bapak, Bulik Pin yang semula tenang tiba2 mulai panik. Aku dan bapak tepat disamping kiri ibu. Aku pegangi tangan ibu terus dan mengusap rambut ibu sambil terus mengucapkan kalimat2 tahlil dan tahmid.

18.15 wib
Aku berusaha tenang, ketika melihat ibu menarik nafas panjang dan...menghembuskan nafas yang terakhir..."Allahu Akbar...!!!!!" Teriakku..."Ibuuuu.....!!!!" Bapak pun segera memegang dagu ibu yang yang memang terlihat tak bertenaga lepas dari mulutnya . Berusaha menempatkan kembali..dan berkata "Innalillahi wa'inaillaihi ro'jiun"...Aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku saksikan dihadapanku...sekali lagi aku mencoba tenang. Aku pegang tangan ibu, dada ibu, lihat lebih tajam detak jantung dari dada ibu...Aku minta suster periksa ibu..."Panggilan dokter sekarang juga!" Teriakku. Suster bilang harus ditelpon dulu, aku tidak peduli aku ingin ibu ditolong dokter. Dua orang perawat yang lain berusaha memastikan kondisi ibu. Aku masih berharap ada keajaiban datang membantu ibuku. Lalu suster dan perawat lainnya mengatakan " denyut nadinya sudah tidak ada, jantunnya juga." "Maafkan kami Pak, ibu sudah tidak ada." kata perawat itu. "Subbanallah...innalillahi wa'ina illaihiro'jiun....ibuuu.." tangisku pun tidak bisa aku tahan...

Ya itulah kejadian terakhir bersama ibu..dan ibu pun menggalkan aku selamanya..Ibu pergi disaat suami tercinta..bapak...selalu setia, cinta dan kagum atas ibu melalui usia pernikahan mereka yang melebih separuh dari usia bapak. Ibu pergi di saat Putra sulungnya, tidak menemaninya karena ingin memenuhi keinginan ibu tercinta yang sedang sakit. Ibu pergi di saat Putra keduanya sedang mencoba mengabdi pada ribuan petani yang nasibnya selalu dimainkan oleh pemodal dan negara ini. Ibu pergi di saat Putri kesayangannya sedang mengabdi untuk pendidikan bagi anak-anak jauh di bumi timur negeri ini . Ibu pergi tanpa sempat melihat anakku yang diperkirakan akan lahir bulan depan..cucu perempuan ibu. Ibu meninggalkan mantu-mantu dan cucu-cucu yang teramat mencintainya. Tapi yang pasti Ibu pergi dengan segala pesan bagaimana kami harus selalu jujur, rendah hati dan ingat Tuhan.

Ibu memang sudah meninggalkan kami semua...

Tapi cinta ibu...doa-doa ibu untuk suami, anak2nya..mantu2 dan cucunya selalu hidup di hati kami..

Senyum ibu...nyanyian-nanyian ibu..canda tawa ibu...galaknya ibu...semuanya...tidak akan hilang dari batin kami...

Semua kenangan tentang ibu adalah segala hal yang indah..mendidik kami anak-anaknya mengasihi sesama..

Ibu..dalam doa kami akan selalu ada permintaan kami agar ibu bahagia di Surga Terindah milik Allah...

Ibu kami sayang Ibu...sampai kapanpun..kami akan buktikan cinta kami untuk ibu dengan mengabdi dan menjaga Bapak...keluarga kami...dan sesama..seperti yang ibu lakukan dengan kasih kepada siapa saja yang memerlukan bantuan ibu dulu.

Selamat jalan Ibu...dalam perlindungan Ya Rahman Ya Rahim..Allah bahagiakanlah Ibu yang selalu mencintai-Mu...

AMIEN YA ROBBAL'ALAMIN...

Merubah Pendekatan (Catatan Nusa Kambangan) – Chapter I

on Sunday, November 4, 2007


Awalan
Cilacap. Mendengar nama daerah itu sebenarnya aku agak males (maaf lho seluruh masyarakat Cilacap). Bukan apa-apa...seketika itu juga aku membayangkan perjalanan panjang 6 jam melalui darat dari Semarang ke Cilacap. Ya karena kewajibanku salah satunya ada menyantroni wilayah itu (harusnya) tiap bulannya, ya akhirnya Cilacap menjadi bagian dari kumpulan memori yang memadati otak kiriku. Nah ngomong-ngomong otak, aku jadi ingat sedikit lesson dari training Neuro Lenguage Programing (NLP) yang pernah aku ikuti bulan Juli yang lalu di Bandung. Wah..gila, ternyata otak aja dibagi2 ya menurut kerjanya. Ada kanan & ada kiri (hmm...jadi inget Antonio Gramsci) Otak kanan lebih merespon segala sesuatu yang bersifat imajinatif, kreatif maupun having fun yang lainnya. Berbeda dengan otak kiri yang lebih banyak bekerja untuk segala sesuatu yang berfikir, matematis, logika pokoknya yang pake acara mikir berat dech..Enggak itu aja, di berbagai sesi dari NLP tadi, kita pun mencoba langsung praktek menghadapi segala sesuatu yang susah diterima oleh ”otak kiri” kita namun dapat kita kerjakan dengan memanfaatkan ”otak kanan”. Dan gilanya ada ilustrasi yang mengatakan bahwa seorang Einstein saja, selamanya hidupnya ia memanfaatkan kemampuan otaknya hanya 12%!!! Apa??? Enstein??? Si Maha Ilmuan itu??? Hanya 12 % dari otaknya yang baru dimanfaatkan?????Gimana dengan aku????Hemm....NO COMMENT!!! J

Lalu apa hubungannya otak kanan dan otak kiri dengan Cilacap? Hahaha...kalo boleh aku hubung-hubungkan ya...perjalanan tugasku kali ini aku ingin lebih mengesplorasi ”keajaiban” otak kananku. Kenapa? Masalahnya, setiap datang ke daerah pojok selatan pulau jawa itu, aku selalu terbiasa meladeni sekumpulan para aparat kesehatan, dan aparat pemerintahan hingga aktifis LSM AIDS di sana dengan metode pendekatan masalah yang tentunya memeras energi berfikirku. Misalnya dialogku dengan kawan-kawan LSM dan pejabat dinkes maupun sektor terkait di sana : ”faktor saja yang menjadi kendala Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat untuk meng-gol-kan budget AIDS dalam APBD?”, masalah kebijakan dan teknis apa saja yang menjadi kendala program intervensi dalam lapas Nusa Kambangan??”, ”mengapa RSUD Cilacap lambat sekali merespon kebutuhan treatment terhadap pasien ODHA yang dirujuk dari lapas Nusa Kambangan??” bla..bla..bla..segala pertanyaan yang padat dengan masalah pun jawabannya akan memunculkan beberapa masalah baru. Wah...kapan selesainya pekerjaan ini, kalau setiap pihak yang akan dirangkul sebagai jejaring kerja hanya menyodorkan masalah-masalah mereka.

Saatnya Praktek
Terus terang, semangat ini aku dapatkan pada sasat kelas Vibrant Fasilitation Training di Jogja september lalu. Ciee... J (Thxs to : Mas Oni, Mas Budi & Nova..Bravo Inspirit.. GBU all!) dengan semangat dan pengalaman yang ada aku coba dalam setiap melakukan fasilitasi pun advokasi dengan mengedapankan pendekatan potensi ataupun hal-hal positif yang sudah mereka lakukan. Contoh proses dari pendekatan yang aku lakukan misalnya ketika aku menghadapi situasi staf lapas Batu Nusakambangan yang selalu mengeluh dengan masalah-masalah yang menyasar pada area kendala. Misalnya, ”Wah Mas di sini itu susah, para Kalapas itu gak pernah bisa kumpul regular tiap bulannya. Bagaimana kita tahu perkembangan informasi program apa yang sedang berlangsung ataupun yang direncanakan.” Sebagai informasi lapas yang ada di Nusa Kambangan memang cukup banyak. Ada 1) Lapas Terbuka yaitu lapas yang diperuntukkan bagi warga binaan pemasyarakatan = WBP (istilah lain yang lebih humanis daripada narapidana) yang sudah melewati 1/3 masa tahanannya menjelang bebas; 2) Lapas Batu (untuk kasus umum termasuk juga terorisme : Amrozi & D’Gank misalnya sampai anak mantan orang nomer satu di Indonesia (si Tompel eh Tommy) dulu juga mendekam di sana; 3) Lapas Besi, nah ini lapas khusus WBP kasus penyalahgunaan napza; 4) Lapas Kembang Kuning, yaitu lapas umum; 5) Lapas Permisan, juga lapas umum; 6) Lapas Super Maximum Security (SMS) yang mirip rumah modern minimalis...Woww keren abis! Sayangnya lapas ini berubah fungsi, yang awalnya untuk tahanan hukuman mati dari kasus2 besar seperti terorisme eh malah jadi tempatnya bandar dan pengedar besar drugs..Ya biasalah memang banyak yang gak jelas di republik ini.

Ketika menghadapi para pimpinan lapas serta dokter dari Lapas Batu, mereka selalu mengeluh tentang situasi lapas. Terutama masalah layanan kesehatan dan koordinasi antar lapas. ”Setiap staf yang sudah mengikuti penataran (pelatihan) di luar baik untuk HIV/AIDS mapun kesehatan yang lain, selalu tidak bisa diinformasikan ke staf yang lainnya. Jadi hanya untuk yang bersangkutan saja ilmunya.” Aku coba menempatkan diri sebagai orang mencoba mengangkat martabat dan peran mereka selama ini. Aku mulai dengan : apa saja yang sudah mereka lakukan, bagaimana respon positif dari institusi maupun sasaran proggram mereka selama ini. Sekecil apapun respon positifnya aku coba angkat dan mendorong menjadi potensi bagi mereka lebih mengeksplor kemampuan atas ide2 mereka. Perlahan, mereka pun mulai terpancing situasi dimana mereka bisa bangga atas apa yang mereka lakukan selama ini. Mulai dari satu persoalan, bahwa adanya kemudahan untuk layanan kesehatan berkat bantuan ASKESKIN bagi WBP yang tidak mampu hingga peluang program informasi dan edukasi serta layanan rujukan kesehatan bagi WBP yang makin ditingkatkan. Wah...sebentar saja aku coba fasilitasi ternyata, cukup berdampak baik. Aku coba teruskan ide2 mereka dan apa yang sudah baik yang mereka jalankan selama ini hingga mengarah pada beberapa point rekomendasi. Dan alhasil, mereka pun terkejut, ternyata mereka sendiri melalui proses diskusi telah menghasilkan beberapa terobosan strategis yang jauh lebih baik.

Setelah beberapa diskusi kami lewati...siang itu tepat pukul 13.00 kami pun segera meninggalkan ”angkernya” lapas Nusa Kambangan untuk menyebrang ke Cilacap. Bagaimana Nusa Kambangan? Apa saja yang unik di sana? Sampai ketemu lagi di next chapter ya...

Wassalam

@

Ramadhanku Kini :)

on Thursday, September 13, 2007

Hi..hi....
Lamo tak besuo... :)

Sudah lama banget aku gak sempat nulis di blog...Gak terasa hari ini hari kedua Ramadhan 1428 H, Alhamdulillah ternyata Tuhan masih memberi kesempatan untukku. Oya, berarti ini adalah Ramadhan kedua aku bersama istriku (Nina). Ya..satu lagi nikmat dari Allah aku telah menjalankan ibadah dengan orang yang aku cintai. Dan Ramadhan kali ini, Nina sedang mengandung anak pertama kami..dan ia pun tetap menjalankan kewajiban puasa ini. Alhamdulillah...

Ada yang sedikit berbeda dengan Ramadhan kali ini. Pertama, kali ini kami tidak lagi tinggal di paviliun sebagai "kontraktor", tetapi menghuni "rumah penuh kenangan" dari mertuaku. Hahaha...kalau ditanya apa bedanya? Ya relatif sama, artinya : sama2 bukan milik kami dan sama2 mengeluarkan biaya (bedanya : biaya kali ini untuk renovasi, yang justru lebih besar). Tetapi jauh di luar itu semua...perasaan aku pribadi dan istriku jauh lebih senang...karena kami juga bisa membahagiakan orang tua kami. Lalu Kedua, dulu Nina jarang sekali menyiapkan buka maupun makan sahur dengan memasak sendiri. Tetapi sekarang, segala sesuatunya lebih banyak ia siapkan sendiri (hmmm...i love u my beloved wife). Walaupun ia tengah mengandung 7 bulan, semua ia lakukan dengan enjoy...ya pastinya sambil aku gangguin..biar suasana di rumah mungil itu lebih terasa hangat...

Yang ingin kami tambah dalam mengisi Ramadhan ini adalah, memperbanyak ibadah lainnya secara bersama-sama...sembari memberikan pengaruh juga pendidikan bagi putra kami yang masih dalam kandungan..(kata psikolog juga ulama, dapat memberikan pengaruh baik bagi janin hingga kelak..amin..).

Pastinya banyak yang akan berubah dalam Ramadhan kali ini..Insya Allah masih 28 hari lagi akan kami lewati...semoga..

salam

@

Gonna be : AYAH

on Thursday, July 5, 2007


Senin lalu (tanggal 9 Juli 07), aku menemani istriku (Nina) memeriksakan kehamilannya ke dokter Lilien di tempat prakateknya di Erlangga. Itu adalah pemeriksaan ketiga dari selama kami mengetahui bahwa Nina hamil. Pemeriksaan di Erlangga yang juga kediaman dr. Lilien adalah kali pertama bagi kami.

Pemeriksaan pertama adalah di RSIB Hermina dengan dokter Wijayanto..hmm sepertinya istriku tidak begitu nyaman, karena dokter tersebut (selain laki2..hehe) juga tidak terlalu "well inform" tentang kondisi pasiennya..Kalo masalah dokternya laki2 sich gak jadi soal banget, kan belum tentu orientasi seksnya hetero, siapa tau "lekong prewong"! siapa tau lho.. :)

Dokter pertama ini ya...pada umumnya dokter sich ya seperti itu...sedikit bicara..(bahkan sering tidak jelas) dan sering menggunakan bahasa2 "langit"nya "REJIM MEDIS" ketika terpaksa menerangkan sesuatu kepada pasiennya..ya semakin komplitlah "stigma" pada umumnya pasien di mata dokter yaitu : "Gue itu dokter, lu pasien..yang tau ya gw doang..!!!" hahaha...

Untunglah..jauh2 hari..bahkan sejak awal pernikahan, aku dan istriku selalu membekali informasi tentang kehamilan..kesehatan ibu...proses kelahiran..kesehatan bayi hingga antibiotik dan obat2 sederhana lainnya. Buku..internet (millist dan browshing), majalah, VCD dan diskusi dengan beberapa teman dokter juga teman2 yang sudah menjadi orang tua menjadi asupan info sehari2 bagi kami..

Yang aku kagumi dari Nina, di setiap kesempatan hari2 kerjanya ia selalu menyempatkan berdiskusi di millist tentang kehamilan..jujur saja intensitas Nina mencari info lebih "kencang" dari pada aku..ya maklum lah...namanya juga "buruh" neolib...dengan setumpuk target program dan laporan2 santapan tiap hari... :)

Bahkan ada cerita lucu..Suatu ketika Nina membeli beberapa buku tentang kehamilan dan kesehatan ibu dan anak di sebuah pameran buku..Dan pihak penyelenggara panitia menggelar undian berhadiah bagi siapa yang membeli buku. Ternyata dia memenangkan undian pameran tersebut. Bukan apa2 ternyata hadiahnya adalah : sebuah TELEVISI 17 inch!!!Senang? ya jujur senang..tapi menurutku itu sama sekali kontradiktif!!!! Wong pameran buku...dengan tujuan orang membeli buku dan nantinya dibaca koq malah menghadiahkan TV (audio visual product) yang menyihir orang untuk meninggalkan buku dengan berjam2 menonton TV!!!..Aneh...aneh....???

Oya, kembali lagi ya...Untuk pemeriksaan kedua kami memutuskan untuk periksa ke dr. Lilien tetapi di RS. Elisabeth karena waktunya pagi dan tidak sepadat antrian di Erlangga..cocoklah untuk suami istri yang jadi buruh seperti kami. Hanya saja untuk pemeriksaan ketiga, kami ingin mencoba di tempat praktek dokter (yang juga kebetulan putri pertama seorang profesor obsgyn ternama di Indonesia : Prof. Untung) yang ada di Erlangga.

Ya..ramai sekali antriannya..dan no urut yang sudah kami pesan 1 minggu yang lalu pun tetap mengharuskan kami mengantri. Setelah menunggu 1 jam..."No 12!, Nonya Barina..." suara cempreng suster penjaga pun mengakhiri penantian kami. Kami pun masuk...terjadi dialog kami dengan dokter perempuan separoh baya itu yang tampak casual dengan penampilannya yang santai dan murah senyum. Jelas dan sangat terdokumentasi "rekam medis" Nina sangat komplit...dengan bantuan buku catatan dan laptop yang ia miliki..."hospitalilty...smart dan quick respons" itu lah kesan yang aku tangkap dari dokter tersebut selama proses pemeriksaan istriku...

Aku melihat janin dalam rahim Nina...ukurannya HANYA 10 cm!!! Tampak jelas di layar USG..detak jantungnya sangat terlihat...gerakannya, sesekali menunjukkan : aktifitas "darah dagingku" yang cukup lasak! Perkiraan usia janin itu adalah 3,5 bulan..ia tampak sehat..Alhamdulillah sejauh ini ia dan istriku baik2 saja..semoga seterusnya pun demikian..Amin..

Jujur perasaanku sangat terharu...bahagia...aku dan Nina tidak menyangka ternyata kami sudah mendapat amanat Tuhan untuk sebuah kehidupan dari hubungan kami..Alhamdulillah..

Semoga kami dapat menjaga amanah-Mu..Amin...

Setelah cukup berharu2.. :) kami pun diharuskan menghadapi kenyataan "ke dokter itu tidak murah" hahahaha....ya..tidak mengapalah...karena dokter pun butuh biaya besar ketika mereka sekolah..hanya saja semoga kami dan pasien2 lainnya tidak menjadi "korban" konspirasi industri farmasi dengan dokter atau rumah sakit!!!! Semoga hati nurani dokter2 di Indonesia pun terbuka untuk banyaknya orang kecil yang susah secara ekonomi dan harus menghadapi masalah kesehatan..Amin..

"Terpujilah HUGO CAVEZ (Presiden Venezuela) yang mengancam menasionalisasi rumah sakit2 swasta yang memberlakukan tarif mahal bagi masyarakat!!!"

"Tuhan, kapan negara ini punya pemimpin yang pro orang miskin?"
Semoga..semoga..SEMOGA!!!

Salam

@


Nuansa Bening

on Monday, June 25, 2007



by Keenan Nasution

oh tiada yang hebat dan mempesona
ketika kau lewat di hadapanku biasa saja
waktu perkenalan terjalin sudah
ada yang menarik pancaran diri
terus mengganggu


mendengar cerita sehari-hari
yang wajar tapi tetap mengasyikkan
oh tiada kejutan pesona diri
pertama kujabat jemari tanganmu
biasa saja

masa perkenalan lewatlah sudah
ada yang menarik bayang-bayangmu
tak mau pergi

dirimu nuansa-nuansa ilham
hamparan laut tiada bertepi

kini terasa sungguh
semakin engkau jauh
semakin terasa dekat
akan tumbuh kembangkan
kasih yang kau tanam
di dalam hatiku

menatap nuansa-nuansa bening
jelasnya doa bercita

Aku dan Keponakan


Bagas...Banu...mereka adalah 2 laki-laki kecil ya...Bagas baru berumur 3,5 tahun dan Banu baru berumur 6 bulan...Bagas dan Banu bukan orang lain bagiku...mereka ada keponakan ku...darah daging Abangku : Imun.


Terakhir bertemu Bagas sewaktu lebaran di Solo tahun lalu...laki-laki kecil itu langsung memeluk aku dan minta gendong ketika aku dan istri baru saja sampai dari Semarang..


Erat sekali pelukannya...seolah2 dia paham sekali bahwa yang datang adalah adik bungsu Ayahnya..."Bagas, om Agus kangen banget.." Bahkan aku pun sangat terharu diperlakukan oleh anak sekecil itu karena sewaktu aku gendon dia...ingatan cepat sekali kembali ke masa kecil dimana akupun disayang oleh abang2ku dan kakak perempuanku...Tuhan, terimakasih kami masih diberi waktu dan kerinduan sesama kami...dan kasih sayang dari kedua orang tua kami..


Sedangkan Banu? Aku belum pernah bertemu dia...sementara ini aku hanya bisa menyaksikan kelucuan dan kabar betapa menggemaskannya dia hanya dari foto2 via email kiriman Enthik (kakak perempuanku)...hmmm...kadang aku iri dengan Enthik yang bisa dengan mudahnya bermain dengan kedua keponakanku itu....


Banu, Bagas....saat nanti kita pasti bisa berkumpul...karena kalian keponakanku..


Salam..


@

rumah kami nanti

on Sunday, June 24, 2007


Aku tinggal bersama istriku di sebuah paviliun yang sederhana di lingkungan eks kompleks perwira menengah TNI/AD di daerah Jangli Semarang. Ya...rencananya bulan depan (juli) nanti kami akan pindah ke rumah mertuaku di Semarang yang lebih atas yaitu Banyumanik. Rumah mertua?Ya rumah yang biasanya dikontrakan oleh ibu mertuaku itu...tengah bulan Juli nanti akan dimasuki anak perempuannya untuk tinggal sekitar 8 bulan..ya..karena aku tengah mempersiapkan sebuah "RUMAH" hasil jerih payah aku dan istriku di usia perkawinan kami yang masih sangat mudah (1,5 tahun) dan juga usia kami yang juga baru menginjak dewasa pertengahan...


Ya..rumah kami nanti tidak cukup luas dan hanya cukup untuk keluarga kecil...Bertempat di daerah Semarang atas, dekat sekali dengan kampus UNDIP Tembalang (hanya butuh 5 menit kalau naik sepeda motor)..dan kami memilih di lokasi cluster perumah Tembalang Regency, tipe 60 di atas tanah berukuran hanya 108 m per segi!!! Hahaha...kecil bukan? ya tapi itulah kemampuanku untuk menempatkan istri dan anak2ku nanti tumbuh dan berkembang dengan cinta kasih yang saling menguatkan kami...(Tuhan berilah selalu kesehatan kepadaku dan keluargaku..hingga aku bisa menafkahi istri dan anak2 ku...amin)


Oya...rumah itu tidak aku beli dengan cash lho..hahahaha...kami membeli dengan sistem kredit dengan bantuan (masak sih?) Bank Niaga yang lagi gila2an mencari customer berkolaborasi dengan develor perumahan..hahaha...ada enaknya juga hidup di jaman yang serba kredit...walaupun kalau gak hati2 juga bisa bikir "menjerit"...

OK...kembali ke situasi sekarang..aku tinggal mempersiapkan pindah ke "rumah mertua" ya...dengan sedikit mengeluarkan anggaran untuk memperbaiki pagar rumah supaya "xenia Li VVTI 2006" kami juga bisa terlindungi dari hujan dan terik matahari..(atau tangan jahil juga kali ya?)...dan pasti aku dan istri ikhlas nantinya meninggalkan rumah milik mertua itu dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya..hahaha..

Juli pertengahan kami pindah...dan bagaimana cerita selanjutnya?? Wallahu'alam...

salam

@

Introduce my self


Edisi ini...perkenalan dulu...
Nama lengkapku Agus Aribowo..tapi teman2 ada yang manggil Ari, klo bapak+ibu+sodara2 kandungku lebih sering pakai nama : "enthus"..hihihi..

Aku lahir di Pekanbaru, 22 Agustus 1978..saat usiaku 27 tahun tepatnya 31 januari 2005 yang lalu...aku menikah dengan perempuan pilihan aku sendiri :) ya iyalah..perempuan Jawa yang sederhana..cerdas dan bisa menerima dan memahami aku apa adanya..namanya Barina Sitoresmi (saat itu 25 tahun)..tapi lebih kami kenal dengan "Nina"..

Ya menikah muda..menyenangkan...penuh tantangan...kesederhanaan..

Setelah kurang lebih 1,3 tahun menikah..Istriku hamil anak kami yang pertama..hmm...Alhamdulillah..(memang sejak awal kami mendambakan memiliki anak sedini mungkin)..tapi karena kesibukan kami berdua : aku yang kerjanya "nguli" dengan kebutuhan NEOLIB..yang harus ke daerah2 di wilayah Jawa Tengah dengan AIDS sebagai "bakulan"nya terpaksa harus sering meninggalkan istriku di Semarang..juga Nina memang masih ambil kuliah lagi (tuntutan kapitalis yang lain, yang ternyata S1 kuliahnya yang dulu belum cukup..hahaha)..

Usia kandungan istriku sekarang menginjak 3 bulan lebih 10 hari (kurang lebih...wong haidnya tergolong gak teratur..so dokter aja hanya bisa main prediksi based on ukuran janin)...moga segalanya berjalan lancar...sehat dan yang baik2 aja dech...

Yang pasti sekarang...aku harus bersiap2 menjadi ayah dari Anakku...suami yang lengkap dari istriku..ditengah semua beban ekonomi yang luar biasa tidak berpihak pada orang miskin..ya mau dikata apa, NEGARA ini SUDAH TERGADAI!!!! termasuk SDM anak negerinya (ya contohnya aku) yang harus bekerja dengan negara kapitalis..tapi mending lah wong untuk bangsa ini juga koq..walau sedikit sekali dampaknya dibandingkan apa yang telah dirampas dari negeri ini..ABSURD ya?

itulah sekilas siapa Aku...

salam