Di Doa Ibu, Namaku Disebut

on Tuesday, March 23, 2010

Masih dalam kerinduanku pada alm. Ibuku. Doa dari anakmu ini tak kan putus terpanjatkan. Damai dalam tidur panjangmu ibu dengan segala cinta Ibu bagi kami, anak-anakmu..


Di Doa Ibuku Namaku Disebut
DI WAKTUKU MASIH KECIL GEMBIRA DAN SENANG
TIADA DUKA KUKENAL TAK KUNJUNG MENGERANG
DI SORE HARI NAN SEPI IBUKU BERTELUT
SUJUD BERDOAKU KUDENGAR NAMAKU DISEBUT

DI DOA IBUKU NAMAKU DISEBUT
DI DOA IBUKU DENGAR ADA NAMAKU DISEBUT

SERINGLAH INI KUKENANG DI MASA YANG BERAT
DI KALA HIDUP MENDESAK DAN NYARIS KUSESAT
MELINTAS GAMBAR IBUKU SEWAKTU BERTELUT
KEMBALI SAYUP KUDENGAR NAMAKU DISEBUT

SEKARANG DIA T’LAH PERGI KE RUMAH YANG SENANG
NAMUN KASIHNYA PADAKU SELALU KUKENANG
KELAK DI SANA KAMI PUN BERSAMA BERTELUT
MEMUJI TUHAN YANG DENGAR NAMAKU DISEBUT

Dipopulerkan oleh : Nikita
Lagu/Lirik: Peter P Bilhorn



Nak, Maafkan Ayahmu ya Nak..

on Sunday, March 14, 2010


Usia Lilla sekarang 2 tahun 3 bulan. Bocah perempuan cilik berambut ikal, sehat, bermata bulat dan terang, lincah dan selalu riang itu selalu mewarnai semangat dalam hari-hari aku dan Nina. Dia tidak menunjukkan sikap yang terlalu cemburu jika Bundanya sibuk melayani Atha yang masih berumur 6 bulan. Atha yang tumbuh menggemaskan pun kerap menjadi partner Lilla jika ia sedang "in action" dengan lagu2 yang ia "gubah" sendiri. Menjadi pertunjukan yang menyegarkan dan serasa men-"charge" kelelahan2 ku dan Nina dengan energi2 kebahagiaan.


Sehari-hari dirumah, kami memang dibantu oleh 2 orang pembantu rumah tangga. Tapi formasinya selalu berubah. Hanya mbak Zuli yang menjadi "peran utama"nya. Sedangkan partnernya kebetulan selalu belum pas dengan situasi dan kondisi di rumah. Sehingga untuk urusan 2 bocah cilik itu menjadi bagianku dan Nina. Ya itu prinsip bagi kami berdua, mbak2 "rewang" kami hanya membantu urusan di rumah sementara kami tidak ada khususnya untuk Lilla dan Atha. Jika kami libur atau sedang dirumah, 2 bidadari kecil itu mutlak menjadi magnet kami.

Peran orangtua bagiku dan Nina sebaik2nya kami coba terapkan. Beberapa literatur dalam buku2 parenting menjadi asupan kami. Juga tak kalah penting, pengalaman positif kami berdua yang dulu juga dirawat oleh masing2 orangtua kami. Sabar adalah salah satu kata kunci dalam mengasuh anak. Akhir2 ini, Lilla terlihat agak lebih manja denganku. Padahal jika aku sedang tidak di rumah apakah itu tugas luar kota atau pulang larut, sehari2 Lilla sudah mulai menunjukkan proses bermandiri. Contohnya, ketika ia ingin pipis, ia selalu bilang ke orang dewasa yang ada disaat itu : "pipis...pipis.." dengan bahasa tubuhnya menggoyang2kan pantatnya..lucu sekali. Sehingga kami langsung membawanya ke kamar mandi, ia pun dapat pipis tanpa membasahi celananya. Tapi jika aku sedang di rumah, dengan santainya ia pipis di celana dan hal itu yang kerap membuat aku marah kepadanya.

Jika saat aku marah, respon yang muncul dari Lilla ia diam menatapku, kedua matanya berair dan hanya sekian detik kedua mata beningnya itu tak kuasa menahan air mata. walaupun tidak selalu menangis dengan suara yang keras, ia sering menahan tangisnya itu dengan hisakan. Jika terjadi situasi itu, demi Tuhan perasaanku hancur sekali. Aku merasa berdosa telah berlaku keras kepada amanah Zat Maha Hidup, darah dagingku sendiri. Wajah tak berdosanya polos berlinang air mata, sambil berulangkali berkata.."Ayah...ayah...pipis..pipis..." seakan-akan mencoba menerangkan kesalahannya atau minta maaf atau menjelaskan sesuatu yang mungkin aku tidak mengerti. Dan pasti, ia berusaha untuk memelukku. Menghadapi situasi seperti itu, biasanya aku segera membersihkan Lilla, mengganti celananya, sambil berusaha mengajaknya berdialog, bahwa apa yang baru saja ia lakukan seharusnya bisa lebih baik. Ia pun sering diam, dan kadang menangguk atau menimpali pembicaraanku.."pipis..pipis..di sana..di sana.." Sepertinya kalimat yang mencoba menjelaskan : "kalau mau pipis, ya di kamar mandi."

Saat itu juga, aku memeluk Lilla, dalam sekali. Sambil membasuh air matanya dan menciumi pipinya. Apa yang aku lakukan sehingga membuat ia menangis seolah2 aku sesali tapi bukan maksudku untuk berlaku keras tapi mencoba mendidik. Bahkan, aku pun sering sekejap mengeluarkan air mata penyesalan saat Lilla di pelukanku dengan hisakan tangisnya itu. Hati dan terkadang bibirku pun mengatakan.."maafkan Ayah ya Nak..ini karena ayah sayang sekali sama Lilla dan ingin Lilla bisa belajar mandiri untuk banyak hal yang kelak di kehidupanmu adalah kenyataan harus kau lalui walaupun teramat keras."

Maafkan Ayah ya Lilla, terkadang Ayah terlalu sombong dengan status orang dewasa ini. Harusnya Ayah lebih bisa memahami kau sebagai anak kecil. Ayah hanya mau yang terbaik untukmu. Kelak taklukan dunia ini dengan tanganmu sendiri ya..doa Ayah dan Bunda selalu menyertaimu..Amien.

Kaliurang, Yogyakarta 11 Maret 2010.

@

Tuhan, tolong sampaikan Rinduku pada Ibu

on Thursday, March 4, 2010


Sudah dua tahun lebih, Ibu meninggalkan aku. Hari - hariku penuh dengan kegiatan rutin berhadapan dengan masalah2 teknis kawan2 LSM di daerah juga berhadapan dengan para birokrat. Namun sudah setahun terakhir ini mulai tidak terlalu intens. Juga..setelah Lilla, putriku yang berumur hampir 2 tahun, 23 september 2009 yang lalu, lahir pula putriku, Athaya Pratista Thauri. Tuhan, anugerahMu memang tiada terkira. Atha begitu aku dan Nina memanggilnya. Atha lahir dengan cara bedah caecar, karena posisi akhir pada saat usia siap lahirnya ia malah iseng berakrobat, dan dokterpun menyarankan caecar.


Lilla dan Atha melengkapi kebahagian aku dan istriku di rumah mungil kami di Tembalang. Aku masih ingat, dulu ketika rumah itu belum dibangun, Ibu aku ajak melihat2 lokasi. Dan Ibu pun tertawa sambil berguyon.."Gus, luas omahmu mengko mung sak latar ngarep omah Solo thok iki?" Ya..luas rumahku yang hanya 108m2 ini memang tergolong kecil dibandingkan rumah orangtuaku di Solo. Aku tahu Ibu tidak bermaksud mengejek, karena aku paham sekali karakter Ibu. Rumah itu sekarang sudah jadi Bu..Kami renovasi dari bentuk aslinya. Ada kolam ikan koi dan waterwall di dalam rumah. Ruang tengah kami buat kesan luas, karena cucu perempuan pertamamu sangat gesit dan aktif berlari kesana kemari sambil menyanyikan lagu apapun. Persis seperti aku sewaktu kecil dulu, kata Enthik (kakakku). Talenta itu memang Tuhan turunkan kepadaku dan Lilla melalui Ibu.

Bu, beberapa kali aku ke Solo dalam beberapa bulan ini. Karena tugas dan biasanya tidak lama. Aku jarang pulang ke rumah Solo. Aku juga kangen Bapak. Tapi setiap aku pulang ke rumah, aku selalu merasa menjadi kehilangan Ibu. Aku ingat masa remaja awalku di Solo. selalu ada Ibu yang menemaniku, karena kita memang hanya berdua. Enthik, hanya sebentar di Solo setelah lulus SMA dia lanjut kuliah di Yogya. Sedangkan Bapak masih bolak-balik Solo-Pekanbaru, sambil mengurus proses pindah ke Solo. Ibu yang selalu menyiapkan minuman teh hangat atau susu setiap sore saat aku pulang dari latihan Merpati Putih. Itu berlangsung hingga aku SMA. Ibu juga yang selalu berdendang dengan iringan gitar atau keyboardku. Selera lagu Ibu memang keren banget. "Engkau laksana bulan..tinggi di atas khayangan..hatiku tlah kau tawan hidupku tak karuan.." Ya lagu P. Ramle itu sering Ibu dendangkan tak kurang pula lagu2 Koes Plus dan yang lainnya. Ibu adalah guru musik terbaik dalam hidupku. Rumah kita saat itu terasa hangat dan ceria sekali Bu. Es puter tape yang ider di depan rumah saat malam hari sering menjadi teman kita bersendagurau. Ibu masih ingatkan?

Bu, Rumah kita sepi Bu, hanya ada Bapak dan Danang. Bapak dan Danang sekarang sibuk mengembangkan usaha ternak burung hiasnya. Lahan rumah belakang ditambahnya Bu. Ada 800an M2 sekarang pekarangan kita. Banyak yang berubah..tapi bale-bale di belakang rumah masih ada. Setiap duduk di situ, aku selalu ingat Ibu duduk dengan nyamannya sambil menikmati karak. Kamar tidur ibu pun sudah berubah posisi barang-barangnya. Sengaja kami rubah Bu..karena kami juga tidak mau hanyut terus dalam kehilanganmu, terutama Bapak. Bapak yang tampak tegar, pun kerap aku perhatikan melamun atau tiba-tiba bercerita tentang Ibu. Aku bisa merasakan kerinduan Bapak akan Ibu. Dan...ada ruang di rumah kita yang sering membuat aku terhenyak. Ruangan yang bersebelahan dengan tangga. Dua tahun yang lalu di sana, aku, Danang dan Pak Tono memandikan jasadmu Bu..Walau sebelumnya aku menangis merasa tidak sanggup juga Danang. Tapi sekejap saat itu, aku membayangkan bagaimana Ibu siang malam merawat kami saat masih kecil seketika itu juga aku dan Danang tegar mengangkat dan memandikan jenazah perempuan yang teramat kami cintai. Saat itu, aku lihat Bapak hanya sanggup mengintip kami di balik jendela kamar, sambil menahan tangis. Ya..momentum itu yang selalu membuat aku terhenyak jika mengingatnya.

Ibu, sudah 6 bulan ini aku tak ke makam Ibu. Kangenku hanya bisa kusampaikan melalui doa. Ibu di sana bisa dengar atau lihat aku? aku selalu titip pesan dalam doa2ku kepada Tuhan, untuk Ia menjaga Ibu dan kabarkan pada Ibu bahwa kami, anak2 dan cucunya juga Bapak selalu dalam keadaa sehat. Aku selalu ingat Ibu..walaupun anakmu ini tengah berjuang dalam hidupnya..walau prihatin, memberikan yang terbaik untuk keluarganya..ya terbaik..dengan semua daya dan upaya. Persis yang dilakukan Bapak dengan dukungan Ibu dulu.

Tuhan, tolong sampaikan rinduku pada Ibu.


Semarang, 4 Maret 2010