Usia Lilla sekarang 2 tahun 3 bulan. Bocah perempuan cilik berambut ikal, sehat, bermata bulat dan terang, lincah dan selalu riang itu selalu mewarnai semangat dalam hari-hari aku dan Nina. Dia tidak menunjukkan sikap yang terlalu cemburu jika Bundanya sibuk melayani Atha yang masih berumur 6 bulan. Atha yang tumbuh menggemaskan pun kerap menjadi partner Lilla jika ia sedang "in action" dengan lagu2 yang ia "gubah" sendiri. Menjadi pertunjukan yang menyegarkan dan serasa men-"charge" kelelahan2 ku dan Nina dengan energi2 kebahagiaan.
Sehari-hari dirumah, kami memang dibantu oleh 2 orang pembantu rumah tangga. Tapi formasinya selalu berubah. Hanya mbak Zuli yang menjadi "peran utama"nya. Sedangkan partnernya kebetulan selalu belum pas dengan situasi dan kondisi di rumah. Sehingga untuk urusan 2 bocah cilik itu menjadi bagianku dan Nina. Ya itu prinsip bagi kami berdua, mbak2 "rewang" kami hanya membantu urusan di rumah sementara kami tidak ada khususnya untuk Lilla dan Atha. Jika kami libur atau sedang dirumah, 2 bidadari kecil itu mutlak menjadi magnet kami.
Peran orangtua bagiku dan Nina sebaik2nya kami coba terapkan. Beberapa literatur dalam buku2 parenting menjadi asupan kami. Juga tak kalah penting, pengalaman positif kami berdua yang dulu juga dirawat oleh masing2 orangtua kami. Sabar adalah salah satu kata kunci dalam mengasuh anak. Akhir2 ini, Lilla terlihat agak lebih manja denganku. Padahal jika aku sedang tidak di rumah apakah itu tugas luar kota atau pulang larut, sehari2 Lilla sudah mulai menunjukkan proses bermandiri. Contohnya, ketika ia ingin pipis, ia selalu bilang ke orang dewasa yang ada disaat itu : "pipis...pipis.." dengan bahasa tubuhnya menggoyang2kan pantatnya..lucu sekali. Sehingga kami langsung membawanya ke kamar mandi, ia pun dapat pipis tanpa membasahi celananya. Tapi jika aku sedang di rumah, dengan santainya ia pipis di celana dan hal itu yang kerap membuat aku marah kepadanya.
Jika saat aku marah, respon yang muncul dari Lilla ia diam menatapku, kedua matanya berair dan hanya sekian detik kedua mata beningnya itu tak kuasa menahan air mata. walaupun tidak selalu menangis dengan suara yang keras, ia sering menahan tangisnya itu dengan hisakan. Jika terjadi situasi itu, demi Tuhan perasaanku hancur sekali. Aku merasa berdosa telah berlaku keras kepada amanah Zat Maha Hidup, darah dagingku sendiri. Wajah tak berdosanya polos berlinang air mata, sambil berulangkali berkata.."Ayah...ayah...pipis..pipis..." seakan-akan mencoba menerangkan kesalahannya atau minta maaf atau menjelaskan sesuatu yang mungkin aku tidak mengerti. Dan pasti, ia berusaha untuk memelukku. Menghadapi situasi seperti itu, biasanya aku segera membersihkan Lilla, mengganti celananya, sambil berusaha mengajaknya berdialog, bahwa apa yang baru saja ia lakukan seharusnya bisa lebih baik. Ia pun sering diam, dan kadang menangguk atau menimpali pembicaraanku.."pipis..pipis..di sana..di sana.." Sepertinya kalimat yang mencoba menjelaskan : "kalau mau pipis, ya di kamar mandi."
Saat itu juga, aku memeluk Lilla, dalam sekali. Sambil membasuh air matanya dan menciumi pipinya. Apa yang aku lakukan sehingga membuat ia menangis seolah2 aku sesali tapi bukan maksudku untuk berlaku keras tapi mencoba mendidik. Bahkan, aku pun sering sekejap mengeluarkan air mata penyesalan saat Lilla di pelukanku dengan hisakan tangisnya itu. Hati dan terkadang bibirku pun mengatakan.."maafkan Ayah ya Nak..ini karena ayah sayang sekali sama Lilla dan ingin Lilla bisa belajar mandiri untuk banyak hal yang kelak di kehidupanmu adalah kenyataan harus kau lalui walaupun teramat keras."
Maafkan Ayah ya Lilla, terkadang Ayah terlalu sombong dengan status orang dewasa ini. Harusnya Ayah lebih bisa memahami kau sebagai anak kecil. Ayah hanya mau yang terbaik untukmu. Kelak taklukan dunia ini dengan tanganmu sendiri ya..doa Ayah dan Bunda selalu menyertaimu..Amien.
Kaliurang, Yogyakarta 11 Maret 2010.
@
0 comments:
Post a Comment